ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Langkah pemerintah RI di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menunda pengangkatan Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) susunan 2024 agar digelar serentak mengundang polemik terutama di kalangan para calon abdi negara tersebut.
Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) bakal digelar serentak pada Oktober, sementara pengangkatan calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) bakal digelar pada Maret 2026 mendatang. Gema penolakan penundaan pengangkatan CPNS-PPPK itu pun terjadi di sejumlah daerah.
Pada Senin (10/3) lampau demo tolak penundaan pengangkatan abdi negara itu terjadi di Pontianak (Kalimantan Barat/Kalbar), Mataram (Nusa Tenggara Barat/NTB), dan Kendari (Sulawesi Tenggara/Sultra).
Pengamat menilai keputusan pemerintah untuk menunda pengangkatan CPNS dan PPPK itu sama sekali tak mempunyai urgensi apapun. Menurutnya keputusan itu hanya menunjukkan wajah pemerintah nan mau berlindung di kembali mode efisiensi. Padahal, pengangkatan CPNS maupun PPPK merupakan kebutuhan nan telah diatur undang-undang.
"Harusnya tak ada urgensinya untuk ditunda. Bahkan direncanakan sebelumnya, sesuai patokan perundang-undangan, itu pengangkatannya sesuai kebutuhan kementerian lembaga saat itu," kata analis kebijakan publik Trubus Rahardiansyah saat dihubungi, Senin (10/3).
Wacana penundaan pengangkatan CASN agar bisa dilakukan serentak itu mencuat setelah rapat kerja (Raker) dan rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi II DPR, Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB), dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada Rabu (5/3) pekan lampau di kompleks parlemen, Jakarta.
Menpan RB Rini Widyantini mengaku pemerintah tetap memerlukan waktu untuk menyelaraskan info mengenai formasi, jabatan, dan penempatan ASN maupun PPPK.
Menurut dia, penundaan pengangkatan CPNS 2024 dilakukan berasas keputusan berbareng pemerintah dan Komisi II DPR dalam rapat pada 5 Maret lalu.
"Kami menyadari penyelesaian pengangkatan serentak ini memerlukan waktu lantaran kudu dilakukan secara jeli dan hati-hati," kata Rini lewat keterangan resmi, Jumat (7/3).
Namun, pernyataan Rini itu dibantah Wakil Ketua Komisi II DPR, Aria Bima. Menurut Aria, tak ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR bahwa CASN dan PPPK kudu diangkat serentak pada Oktober 2025.
Ia menilai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) salah mengerti dengan simpulan hasil rapat kerja pada pekan lalu.
"Ya, memang tidak ada nan menyebut bakal ada pengangkatan serentak," kata Bima saat dihubungi, Senin (10/3).
Poin empat konklusi dalam rapat nan disiarkan langsung di saluran Youtube itu adalah, "Dalam rangka percepatan penataan CPNS dan PPPK untuk susunan 2024, Komisi II DPR meminta Kementerian PANRB dan BKN menyelesaikan pengangkatan CPNS pada bulan Oktober 2025 dan pengangkatan PPPK di bulan Maret tahun 2026."
Inkonsistensi pemerintah
Menurut Trubus, pemerintah tidak konsisten dengan melakukan penundaan tersebut. Menurut dia, pernyataan pemerintah juga tak konsisten dengan menyebut penundaan sebagai keputusan bersama.
Trubus menilai pernyataan Menpan-RB dan BKN terkesan hanya melempar tanggung jawab. Padahal, pengangkatan CPNS mestinya menjadi prioritas dan tak mempunyai dasar untuk ditunda.
"Penjelasan Kemenpan-RB dan DPR itu seperti lempar tanggung jawab. Enggak jelas apa nan ada di situ, bahwa pengangkatan ini harusnya menjadi prioritas," kata Trubus.
Trubus menduga keputusan pemerintah untuk menunda pengangkatan CPNS dan PPPK mengenai dengan efisiensi anggaran nan memang tengah dilakukan pemerintahan Prabowo. Menurut Trubus, pemerintah tak mau ambil akibat untuk mengalokasikan anggaran bagi pegawai baru di tengah efisiensi ketat seluruh lembaga dan kementerian.
Padahal, sambungnya, pengangkatan CPNS dan PPPK formasi 2024 itu telah disetujui sebelumnya. Dan, alokasi shopping pegawai tak masuk objek efisiensi dalam petunjuk presiden soal efisiensi.
"Pemerintah menghitung jika menerima CPNS ini banyak, maka APBN nan kudu digelontorkan cukup besar. Sementara pemerintah lagi kebingungan," kata dia.
Trubus juga mengkritik pernyataan Kepala BKN, Zudan Arif, agar para CPNS nan tengah menunggu pengangkatan dan telanjur mengundurkan diri namalain resign, agar kembali ke pekerjaan sebelumnya. Trubus menilai pernyataan Kepala BKN itu mengingkari keputusan pemerintah sebelumnya.
Dia merujuk pernyataan Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) saat tetap memerintah pada awal Januari 2024 nan mau mengangkat 2,3 juta ASN. Trubus menduga pernyataan itu hanya janji manis untuk menarik simpati menjelang pemilu dan pilpres.
"Arahnya lebih kepada menarik simpati publik untuk kemenangan [paslon nomor urut] 02 [di Pilpres 2024], dalam perihal ini Prabowo-Gibran ini," katanya.
"Tapi, rupanya di kepemimpinan ini enggak jalan. Harusnya, ini jika memang diantisipasi walaupun keberlanjutan, tentu Pak Prabowo tak mau kewalahan kedodoran dengan beban sebelumnya," imbuh Trubus.
Jokowi diketahui umum mendukung paslon Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 lalu. Prabowo adalah menteri pertahanan dalam kabinet Jokowi, sementara Gibran adalah anak sulungnya.
Baca halaman selanjutnya.