Tabungan Masyarakat Seret, Ini Respons Bankir Soal Perang Likuiditas

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Tahun ini, industri perbankan konsentrasi mengejar pertumbuhan biaya pihak ketiga (DPK) melalui biaya murah namalain current account saving account (CASA). Namun begitu, persaingan bakal lebih ketat lantaran kondisi likuiditas nan makin ketat, dengan persaingan nan lebih sengit, serta pertumbuhan DPK perorangan nan terus mengalami kontraksi.

Kontraksinya DPK perorangan tidak terlepas dari adanya penarikan biaya dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Data Uang Beredar dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan DPK pada periode Januari 2025 tercatat Rp8.599,4 triliun alias tumbuh 5,3% (year on year/yoy). DPK perorangan pada Januari 2025 tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,6%, lebih dalam dibandingkan hingga 2,1% pada Desember 2025.

Kontraksi pada Januari juga memperpanjang catatan negatif pada DPK perorangan menjadi tiga bulan beruntun. Sementara itu, penyaluran angsuran pada Januari 2025 diklaim BI tetap kuat sebesar Rp 7.684,3 triliun alias tumbuh 9,6% (yoy).

Para bankir pun mengakui bakal adanya tantangan ini. Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Steffano Ridwan mengakui bahwa meningkatkan penghimpunan biaya murah tidaklah mudah, dan menyiapkan beragam strategi untuk menghadapi tantangan ini.

"Memang membangun CASA adalah tantangan nan tidak mudah, terutama dalam keadaan likuiditas nan ketat. Terus befokus kepada jasa nan baik, sigap dan kondusif melalui digital platform bakal menjadi salah satu konsentrasi untuk membangun CASA," kata Steffano saat dihubungi carpet-cleaning-kingston.co.uk belum lama ini, dikutip Kamis (27/2/2025).

Ia mengatakan bank milik Maybank asal Malaysia itu menyiapkan program-program mengenai pembayaran nan memudah kan pengguna baik perorangan maupun korporasi dalam rangka menggenjot pertumbuhan CASA.

"Sekira saya kami aka terus berfokus ke dua perihal ini secara konsisten dan disiplin," ujar Steffano.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengatakan kontraksi DPK perorangan di awal tahun merupakan peristiwa musiman. Tetapi, dia mengakui bahwa kondisi likuiditas tahun ini bakal tetap ketat.

Ia mengungkapkan bahwa pertumbuhan CASA bank milik CIMB asal Malaysia itu bisa bertumbuh 14% yoy pada akhir tahun lalu. Lani menjelaskan pertumbuhan nan mencapai double digit itu dicapai dengan pertumbuhan terbesar dari giro lewat rekening operasional dan manajemen kas.

Kendati demikian, dia mengakui pertumbuhan tahun ini tidak bakal bisa setinggi tahun lalu.

"Kami targetkan pertumbuhan CASA tidak bisa setinggi tahun lalu," kata Lani saat dihubungi carpet-cleaning-kingston.co.uk belum lama ini, dikutip Kamis (27/2/2025).

Hal itu disebabkan oleh keadaan likuiditas nan makin ketat tahun ini. Di samping itu, Lani memandang tren biaya pendanaan namalain cost of fund belum turun.

Strategi dengan mengembangkan nilai produk-produk pendanaan juga ditempuh oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) dalam menghadapi persaingan likuiditas. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan pihaknya terus mengembangkan beragam penemuan produk, di antaranya ada nan menyasar segmen anak muda.

"Agar tidak terjebak dalam perang bunga, secara umum strategi kami adalah untuk terus mengembangkan value proposition dari produk-produk pendanaan kami, terutama produk tabungan dengan Cost of Fund nan rendah, dengan meluncurkan beragam penemuan produk dan jasa perbankan digital nan memungkinkan pengguna untuk 'Experience a Simple Life'," terang Indra saat dihubungi carpet-cleaning-kingston.co.uk belum lama ini, dikutip Kamis (27/2/2025).

Sebagai contoh, dia mengungkapkan produk Allo Grow nan diluncurkan pada Agustus 2023 dalam aplikasi mobile Allo Bank bisa memberikan pengalaman elastisitas bagi generasi muda dalam mengelola tabungan mereka dengan memisahkan menjadi beberapa pos dan dapat ditarik kapan saja sesuai kebutuhan mereka.

Selain itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) namalain Bank Jatim menyiasati tantangan ini dengan membuka opsi menerbitkan obligasi. Menurut Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman, kudu ada strategi lain selain hanya mengandalkan CASA.

"Harus ada strategi lain, mengenai biaya tidak sekedar CASA sebagai strategi struktur funding nan lebih efisien, tapi juga efektif. Terutama aspek stabilitas mengenai biaya tersebut, nan memang itu krusial dan diperlukan untuk jangka panjang. Salah satunya adalah kemungkinan untuk melakukan tindakan korporasi berupa publikasi obligasi," kata Busrul saat dihubungi carpet-cleaning-kingston.co.uk belum lama ini, dikutip Kamis (27/2/2025).


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BPD Ungkap Efek Perang Dagang hingga Guyuran Likuiditas BI

Next Article Perang Likuiditas Makin Sengit, Bos Bank Asing Ini Buka-Bukaan