ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Polisi membeberkan 15 tersangka kasus penculikan dan pembunuhan M Ilham Pradipta (MIP) kepala bagian sebuah bank di Jakarta Pusat.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan 15 tersangka itu terbagi dalam empat klaster. Yakni, klaster otak perencanaan, klaster penyelenggara penculikan, klaster penganiayaan dan klaster surveillance.
Berikut peran 15 tersangka dari empat klaster dalam perkara ini
1. Klaster otak penculikan
Dalam klaster otak perencanaan terdiri dari empat tersangka. Mereka ialah Candy namalain Ken, Dwi Hartono (DH), C serta AAM.
Wira menyebut Candy mempunyai peran berjumpa dengan tersangka Dwi. Ia juga menyiapkan rencana dan tim IT untuk memindahkan duit dari rekening dormant ke rekening penampungan.
"Kemudian, mencari alias pelaku C ini mempunyai info tentang rekening-rekening dormant nan ada di bank," kata Wira dalam konvensi pers, Selasa (16/9).
Lalu, tersangka Dwi Hartono (DH) berkedudukan berjumpa dengan Candy namalain Ken. Dwi juga berkedudukan menghubungi tersangka JP untuk mencari tim penculik.
"Kemudian, nan berikutnya, menyiapkan tim nan bekerja untuk membuntuti korban. Kemudian nan berikutnya lagi, kerabat DH nan merencanakan penculikan terhadap korban. Lalu memberikan duit sebesar Rp60 juta kepada JP untuk operasional daripada penculikan," ucap Wira.
Selanjutnya, tersangka AAM nan berkedudukan turut datang dalam pertemuan dengan Candy serta Dwi. AAM juga berkedudukan merencanakan penculikan terhadap korban dan menyiapkan tim nan bekerja untuk membuntuti korban.
Kemudian, tersangka JP nan berkedudukan mempersiapkan tim penyelenggara berbareng dengan Serka N. JP juga ikut membuang korban di Cikarang berbareng kerabat Serka N.
Disampaikan Wira, JP juga berkedudukan mengkoordinir dan mengawasi jalannya pembuntutan sampai dengan aktivitas penculikan terhadap korban. Tak hanya itu, JP pun berkedudukan memberikan duit sebesar Rp150 juta kepada Serka N untuk operasional penculikan.
2. Klaster eksekutor penculikan
Dalam klaster penculikan ini terdiri dari lima tersangka, masing-masing berinisial E, REH, JRS, AT serta EWB.
Berdasarkan penyidikan, E berkedudukan memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil Avanza putih saat diculik di parkiran Lotte Mart Pasar Rebo, Jakarta Timur.
E juga berkedudukan menganiaya korban. Termasuk, melilitkan lakban ke wajah korban dan mengikat tangan korban menggunakan tali rafia.
"E ini (juga berperan) menerima duit sebesar Rp45 juta dari kerabat DH untuk operasional penculikan nan kemudian nan tersebut dibagikan kepada empat rekannya nan lain dengan masing-masing besaran Rp8 juta," ucap Wira.
Kemudian, tersangka REH berkedudukan membantu E untuk memegang korban dari belakang dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.
Lalu, tersangka JRS berkedudukan untuk membantu kerabat E, memegangi tangan korban dari kanan dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.
Selanjutnya, AT ini berkedudukan membantu kerabat E untuk memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil Avanza putih. Ia juga membantu kerabat E memegangi korban dari kiri dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.
Terakhir adalah tersangka EWB. Ini berkedudukan driver alias pengemudi mobil Avanza putih dalam tindakan penculikan tersebut.
Pada klaster ini, juga terdapat keterlibatan personil Kopassus berinisial Kopda F. Namun, penanganannya dilakukan oleh Pomdam Jaya.
3. Klaster penganiayaan
Dalam klaster penganiayaan nan menyebabkan korban meninggal bumi terdiri dari tiga tersangka. Yakni, JP, NU dan DSD. Tersangka JP juga masuk dalam klaster otak penculikan.
Dalam klaster ini, JP diketahui turut berada di dalam mobil Fortuner hitam berbareng korban setelah proses penyerahan dari klaster penculikan.
"Adapun peran kerabat JP ialah menginjak kaki korban pada saat di mobil Fortuner dan membuang korban pada saat berbareng Serka N," kata Wira.
Lalu, tersangka NU nan berkedudukan sebagai pengemudi alias driver Fortuner hitam nan digunakan untuk membawa korban dari Kemayoran sampai dengan letak pembuangan di wilayah Bekasi.
Kemudian, tersangka DSD juga berkedudukan sebagai sopir. Ia bergantian dengan NU mengemudikan mobil Fortuner nan membawa korban.
"Jadi pada saat di dalam mobil tersebut kan terjadi penganiayaan, si NU tidak kuat lantaran sedikit oleng sehingga digantikan oleh DSD," ucap Wira.
Pada klaster ini juga terdapat keterlibatan personil Kopassus berinisial Serka N. Namun, penanganannya oleh Pomdam Jaya.
4. Klalster Surveillance
Terakhir, dalam klaster surveillance ini terdapat empat orang tersangka. Masing-masing tersangka berinisial AW, EWH, RS serta AS.
"Klaster keempat merupakan klaster surveilance alias merupakan klaster nan bekerja membuntuti korban," kata Wira.
Pada klaster ini, polisi tetap memburu satu tersangka lain nan tetap buron berinisial EG.
"Inisial EG. Ini perannya sebagai tim masuk dalam kategori klaster empat nan dimana ikut membuntuti korban," ujarnya.
Ilham nan merupakan kepala instansi bagian pembantu (KCP) sebuah bank di Jakarta Pusat menjadi korban penculikan dan pembunuhan.
Jasad Ilham ditemukan di area persawahan di Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8) pagi. Sebelum ditemukan tewas, korban diculik di parkiran sebuah pusat perbelanjaan area Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (20/8).
Berdasarkan penyidikan, terungkap motif di kembali penculikan dan pembunuhan itu lantaran mau memindahkan duit dari rekening dormant ke rekening penampungan. Rekening dormant adalah rekening nan tidak aktif digunakan untuk transaksi selama setidaknya tiga bulan.
"Motif para pelaku melakukan perbuatannya ialah para pelaku ataupun tersangka berencana untuk melakukan pemindahan duit dari rekening dormant ke rekening penampungan nan telah dipersiapkan," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dalam konvensi pers.
(dis/isn)
[Gambas:Video CNN]