Kesaksian Agam Rinjani Di Balik Proses Evakuasi Juliana Marins

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --

Relawan SAR Abdul Haris Agam alias Agam Rinjani mengungkapkan kronologi proses pemindahan Juliana Mains (27), pendaki asal Brazil nan ditemukan meninggal bumi setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

Agam Renjani, pemandu gunung sekaligus personil sukarelawan Rinjani Squad, turut terlibat dalam proses pemindahan korban.

Juliana diketahui terjatuh pada Sabtu (21/6) sekitar pukul 06.30 WITA, saat mendaki berbareng lima visitor lainnya melalui jalur pendakian Sembalun.

Ketika rekan-rekannya berjalan menuju puncak, Juliana tak kunjung menyusul. Sang pemandu kemudian kembali ke letak rehat Juliana sebelumnya, namun korban sudah tidak ditemukan. Pencarian pun dimulai setelah sang pemandu memandang sinar senter nan diduga milik korban di dasar tebing menuju arah danau.

Agam mengaku tidak berada di letak saat hari pertama kejadian lantaran tengah berada di Jakarta. Namun, dia terus berkoordinasi dengan tim SAR dan membikin strategi proses pemindahan selama di Jakarta hingga ke lokasi.

Tim SAR campuran mulai bergerak pukul 09.50 WITA. Namun lantaran kondisi medan ekstrem dan cuaca berkabut, pencarian tak membuahkan hasil hingga malam hari.

Menurut Agam, letak Juliana terjatuh sangat rawan tergelincir dengan dataran nan miring serta ketebalan pasir nan belum diketahui pasti. Tebalnya kabut juga menjadi halangan dalam proses evakuasi. Hal ini dikarenakan tim penyelamat tidak dapat memandang batu-batu nan bisa jatuh kapan saja, sehingga membahayakan untuk turun dengan kabut tebal.

Pencarian dilanjutkan keesokan harinya dengan support drone dan UAV, tapi cuaca kembali menjadi kendala.

Hingga Senin (23/6), korban ditemukan dalam kondisi tak bergerak di kedalaman sekitar 590 meter dari titik jatuh. Namun proses pemindahan tetap belum dapat dilakukan lantaran keterbatasan jarak pandang dan kondisi medan nan curam.

Evakuasi baru dilakukan keesokan harinya, Selasa (24/6). Pukul 18.00 WITA, satu rescuer Basarnas Khafid Hasyadi sukses mencapai letak dan memastikan korban telah meninggal dunia.

Agam berbareng sukarelawan lain dari Rinjani Squad, Tito, serta tim SAR unit Lombok Timur Syamsul Fadli, menyusul ke letak pada pukul 18.31 WITA untuk proses wrapping. Evakuasi kemudian dilanjutkan dengan metode lifting pada Rabu (25/6), lampau korban dibawa turun ke Posko Sembalun dan dievakuasi via helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.

Menurut Agam, jika tali pemindahan sudah tersedia sejak hari pertama, kemungkinan besar Juliana bisa diselamatkan.

"Kalau talinya ada, nyawanya tertolong. Itu keadaannya si rescuer pertama lantaran saya koordinasi sama teman-teman ketika dia jatuh dilihat di drone, rescuer turun ke letak orangnya sudah tidak ada itu, entah dia sudah jatuh duluan alias ke mana itu tidak ditahu. Nanti hari ketiga baru ketangkap sama drone thermal sudah terbaring di kedalaman 590," kata Agam dikutip Consina TV, Sabtu (28/6).

Ia menyesalkan tidak adanya inisiatif untuk sekadar mengirimkan support seperti air minum, selimut, alias sleeping bag.

"Kasih dulu air, paling tidak berakhir haus. Habis itu lemparkan sleeping bag, memperkuat dia suruh survive sembari tunggu rescuer datang. Bisa dilemparkan HT ke bawah, perangkat komunikasi alias apa, jadi tetap ada nan temani, kasih psikologinya tetap tenang," ujarnya.

Agam juga meluruskan info nan menyebut bahwa letak jatuhnya Juliana sama dengan korban lain pendaki asal Irlandia.

"Beda, lantaran saya nan evakuasi. Jadi titiknya si ini (Irlandia) lebih di atas, di atas pinus tunggal dekat batu besar. Juliana di bawahnya pinus tunggal, itu jaraknya jauh," tegasnya.

Tim SAR sendiri sempat turun ke kedalaman 400 meter di hari pertama, namun tidak sukses mendeteksi keberadaan Juliana. Agam menilai bahwa keterlambatan pemindahan juga disebabkan oleh tidak tersedianya peralatan pemindahan di lapangan.

"Harusnya ada shelter emergency di atas nan siapkan alat. Jadi di atas itu harusnya standby alat-alat rescue. Kemarin baru ada korban baru dibawa ke atas lumayan berat itu tali semua sampai ke atas dan memerlukan waktu. Kalau di titik-titik nan sudah ditentukan ini kudu ada shelter nan simpan itu tali. Cuma, ada lagi perihal lain di Rinjani. Orang-orang di sana rasa kepemilikannya tinggi, jadi dimiliki alat-alat ini. Itu juga nan jadi kendala, jadi bukan sekedar rescue banyak aspek di lingkar rinjani," jelasnya.

Ia menyayangkan tak adanya sistem pemindahan nan sigap dan efisien, termasuk opsi menggunakan helikopter.

"Rescue itu intinya pergerakan paling sigap lantaran orang butuh pertolongan. Makanya sangat memungkinkan jika menurut helikopter itu perangkat paling cepat, transportasi tidak ada lagi nan lebih cepat, selain itu multifungsi. Tetapi untuk kebijakan kedepannya tergantung dari pemerintah, mau sediakan itu alias bagaimana," katanya.

Agam juga mengungkap bahwa saat kejadian terjadi, dia dan tim Rinjani Squad sedang mempersiapkan training rescue nan dijadwalkan berjalan pada Kamis, 26 Juni.

"Sudah jadi kejadian. Gak ada lagi pelatihan, langsung praktik evakuasi. Langsung aplikasi," katanya.

Meski tidak berada di letak saat hari pertama evakuasi, Agam mengaku sangat terpukul atas kematian Juliana.

"Dari kemarin sampai sekarang juga tetap sangat merasa bersalah saya jujur sama kejadian ini sampai bisa meninggal Juliana. Saya ada di Jakarta. Kan mungkin jika saya di sana, bisa selamat," ucapnya.

Menurut Agam, jika saja dia ada di letak saat itu, dia bisa mengawal proses pemantauan sejak awal.

"Kalau tidak ada tali, bawa makanan persiapan camp secukupnya. Mungkinlah sampai di situ 2 hari. Enggak bisa datang tim rescue, kirim anak Korpala ke sana alias kirim semua Mapala terdekat selamatkan orang, dampingi, paling itu nan bisa kulakukan jika saya di sana. Kubawakan makanan semua turun perewangan ambil makanannya, blanket, semua. Turun ke bawah," tuturnya.

Kini, hasil autopsi RS Bali Mandara, Denpasar mengungkapkan bahwa penyebab kematian Juliana adalah luka lantaran tumbukan keras. Juliana diperkirakan meninggal bumi 20 menit setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

(kay/gil)

[Gambas:Video CNN]