INDUSTRI

Industri Rokok RI! Kontribusi Besar bagi Perekonomian dan Masyarakat

Industri rokok menjadi salah satu sektor vital dalam perekonomian Indonesia, memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja. Menurut data Kementerian Keuangan, penerimaan negara dari Cukai Hasil Tembakau (CHT) pada tahun 2023 mencapai Rp 213,48 triliun. Angka tersebut tidak termasuk penerimaan pajak lainnya yang dibayarkan oleh produsen rokok seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Djarum, dan perusahaan besar lainnya yang beroperasi di Indonesia.

Selain memberikan kontribusi finansial yang besar, sektor Industri Hasil Tembakau (IHT) juga memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa ada sekitar 5,8 juta buruh yang bekerja di industri tembakau, baik di sektor produksi maupun distribusi.

Dari segi ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor produk tembakau dan rokok pada Maret 2024 mencapai nilai US$ 276.405.108 atau sekitar Rp 4,39 triliun (dengan kurs Rp 15.900). Sementara itu, nilai impor produk yang sama pada periode yang sama mencapai US$ 76,06 juta. Ini menunjukkan bahwa produk tembakau dan rokok Indonesia masih diminati di pasar internasional.

Di sisi hulu, BPS mencatat bahwa ada 15 provinsi di Indonesia yang memiliki perkebunan tembakau pada tahun 2023. Luas total lahan kebun tembakau pada tahun tersebut mencapai 191,8 ribu hektare. Provinsi Jawa Timur menjadi lokasi perkebunan tembakau terluas dengan luas kebun mencapai 90,6 ribu hektare, diikuti oleh Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Aceh.

Industri tembakau di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai sekitar abad ke-17 ketika tembakau dari Amerika Selatan atau Amerika Utara masuk ke Indonesia oleh kolonial Barat. Industri tembakau yang cukup besar saat ini pertama kali dikelola oleh pemerintahan Belanda. Pada tahun 1869, Nienhuijs mendirikan Deli Maatschappij, perusahaan terbatas pertama yang beroperasi di Hindia Belanda dan memiliki kantor pusat di Rotterdam. Dari tahun ke tahun, jumlah perkebunan tembakau terus bertambah hingga mencapai puncaknya pada tahun 1891 dengan 169 perkebunan tembakau.

Sejak 1959, Indonesia telah menjalin kerja sama perdagangan dengan pasar lelang tembakau Bremen di Jerman. Tembakau asal Indonesia, terutama yang berasal dari Sumatera, telah menjadi favorit para pecinta cerutu di benua Eropa.

Industri rokok tidak hanya menggerakkan roda ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan, tetapi juga menghidupi petani tembakau dan mendukung pengembangan sumber daya manusia melalui yayasan-yayasan di bawah perusahaan rokok modern.

Dalam menghadapi tantangan ke depan, detikcom akan menggelar detikcom Leaders Forum dengan tema ‘Arah Industri Tembakau dan Pengaturan Akses Anak’. Acara ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang perkembangan industri rokok saat ini serta upaya pengaturan akses anak terhadap produk tembakau. Jangan lewatkan kesempatan untuk ikut serta dalam diskusi ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *