ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Kabid Humas Polda Papua Kombes Cahyo Sukarnito mengatakan sedikitnya 600 penduduk Elelim, Kabupaten Yalimo mengungsi ke Wamena, Papua Pegunungan, menyusul kerusuhan nan melanda wilayah itu.
"Dari laporan nan diterima terungkap jumlah penduduk nan mengungsi ke Wamena untuk mengamankan diri terus bertambah, termasuk hari ini," katanya di Jayapura, Kamis (18/9).
Diakuinya jumlah penduduk nan mengungsi belum bisa dipastikan lantaran tetap didata anggota.
"Warga mengungsi itu untuk mengamankan diri dan family usai kerusuhan. Jumlahnya diperkirakan sekitar 600 orang," ujarnya.
Terkait situasi di Elelim, ibu kota Kabupaten Yalimo, mengatakan dari laporan nan diterimanya terungkap ada tindakan demo nan dilakukan mahasiswa.
"Belum dipastikan apa tuntutan pendemo, lantaran personil tetap konsentrasi pengamanan," katanya.
Kerusuhan di Elelim terjadi pada Selasa (16/9), berasal dari percekcokan antarpelajar di SMAN 1 Elelim, nan berhujung dengan tindakan penyerangan serta pembakaran gedung dan kendaraan termasuk kendaraan bermotor milik Polres Yalimo.
Tercatat 18 orang terluka termasuk lima personil TNI-Polri dan sebagian besar sudah dievakuasi baik ke RSUD Wamena dan RS Bhayangkara Jayapura.
Aksi heroik 6 prajurit TNI selamatkan pembimbing dan warga
Enam prajurit TNI sukses menyelamatkan sejumlah pembimbing dan penduduk nan terkepung massa anarkis.
Mereka kudu menghadapi serangan panah berbisa serta lemparan peledak molotov nan menyebabkan beberapa orang mengalami luka bakar maupun luka akibat panah.
"Meski berada dalam situasi penuh ancaman, para prajurit tetap menunjukkan profesionalisme. Alih-alih bertindak represif, mereka memilih mengutamakan keselamatan penduduk Papua nan sedang terjebak. Tindakan tersebut akhirnya membuka jalur pemindahan hingga seluruh pembimbing dan penduduk sukses diamankan," kata Kabidpenum Puspen TNI Kolonel Laut (P) Agung Saptoadi dalam keterangan tertulisnya.
Kepala Distrik Elelim Lukas Kepno menyampaikan apresiasinya terhadap tindakan prajurit TNI.
Menurutnya, tanpa kehadiran aparat, jumlah korban bisa lebih banyak.
"Kami menyaksikan sendiri gimana prajurit menjaga kami di tengah situasi nan genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi pembimbing dan penduduk agar tetap selamat. Itu adalah tindakan nan sangat manusiawi dan patut dihargai," ujarnya.
Apresiasi serupa juga datang dari perwakilan pembimbing SD Negeri Elelim, Maria Matuan.
"Kami betul-betul ketakutan saat massa mengepung. Panah-panah berterbangan, kaca jendela pecah lantaran molotov, dan kami tidak tahu kudu bagaimana. Saat itu 6 prajurit TNI datang melindungi kami. Mereka berdiri di depan pintu, menenangkan kami, dan akhirnya membawa kami keluar dengan selamat. Kami merasa betul-betul dijaga," ungkapnya.
(antara/isn)
[Gambas:Video CNN]