ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Presiden Amerika Serikat berupaya memecat personil majelis gubernur Federal Reserve (The Fed).
Kejadian berhistoris ini terjadi pada periode kedua masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump nan mengincar salah satu Gubernur the Fed Lisa Cook, dengan tuduhan memberikan keterangan tidak betul dalam arsip hipotek (KPR)-nya.
Trump menyampaikan niat pemecatan pada 25 Agustus lalu. Ia menegaskan bakal memecat Cook lantaran dugaan pelanggaran tersebut-meskipun Cook belum dijerat dakwaan apapun dan menyatakan bakal melawan keputusan tersebut di pengadilan.
Gubernur The Fed hanya bisa diberhentikan jika ada argumen norma nan sah, dan Cook, nan belum didakwa secara hukum, telah berjanji bakal melawan pemecatan tersebut di pengadilan.
Namun, publik tahu bahwa ini bukan soal KPR semata. Serangan terhadap Cook, sebagaimana dilansir The Economist, dinilai sebagai pesan politik Trump kepada jejeran The Fed: siapa pun bisa dia singkirkan demi ambisinya untuk menekan suku bunga.
Pada 26 Agustus 2025, Trump apalagi dengan percaya diri mengatakan, "Kita bakal segera punya kebanyakan di dewan."
Meski berita ini cukup mengejutkan, pasar finansial merespons dengan tenang. Nilai aset berbasis dolar memang sedikit melemah, tapi tidak sampai menyebabkan kepanikan besar.
Ada beberapa argumen kenapa penanammodal tetap kalem. Pertama, Trump tetap punya jalan panjang untuk betul-betul mengganti Cook. Calon penggantinya tetap kudu melalui proses konfirmasi di Senat-dan ini bukan perihal mudah. Sebelumnya, dua calon Trump ialah Judy Shelton dan Stephen Moore kandas lolos dalam masa kedudukan pertamanya.
Kedua, struktur penentuan suku kembang di The Fed berkarakter kolektif. Meski Trump sukses menempatkan loyalisnya, keputusan tetap diambil lewat voting mayoritas.
Dua nama nan sekarang ramai dibahas adalah Chris Waller dan Michelle Bowman, nan ditunjuk Trump saat periode pertamanya. Meski mereka sempat berbeda pandangan dengan keputusan The Fed terbaru (ingin menurunkan suku bunga), banyak pihak menilai pandangan mereka tetap logis dan bukan semata-mata lantaran loyalitas politik.
Chris Waller apalagi disebut-sebut sebagai kandidat kuat pengganti Jerome Powell. Namun, meski masa kedudukan Powell sebagai ketua The Fed berhujung Mei 2026, masa tugasnya sebagai gubernur baru berhujung Januari 2028. Jika Powell memilih tetap bertahan, maka Trump tidak bisa langsung menggantikannya, sekalipun sukses menang pemilu.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah akibat jangka panjang terhadap independensi The Fed. Bayangan intervensi politik seperti era Presiden Nixon nan memaksa Ketua The Fed Arthur Burns menahan suku kembang rendah di awal 1970-an tetap membekas. Kebijakan itu menyebabkan inflasi melonjak tinggi.
Apabila independensi The Fed terganggu, penanammodal justru bakal menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk obligasi pemerintah AS, lantaran meningkatnya akibat pengambilan keputusan buruk, menurut laporan The Economist.
Inilah ironi dari langkah Trump: di saat pemerintah AS tengah menumpuk utang, tekanan terhadap The Fed justru bisa membikin biaya kembang semakin mahal.
Serangan terhadap Lisa Cook juga menunjukkan makin rusaknya suasana pemerintahan di AS. Selain Cook, tuduhan serupa soal penipuan KPR juga diarahkan kepada dua politisi Demokrat: Adam Schiff dan Letitia James. Ini membuka kemungkinan adanya 'perburuan politik' lebih luas nan tak hanya berakhir di satu adapihak.
Jika dibiarkan, langkah Trump bisa membuka jalan bagi politik balas dendam di masa depan. Bukan tidak mungkin, jika Partai Demokrat berkuasa kembali, mereka bakal menggunakan langkah serupa untuk membalas, menurut The Economist.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Trump Minta Gubernur The Fed Mundur