Dosa Besar Google Terbongkar dari Dokumen Rahasia
Peran Google dalam memfasilitasi teknologi untuk Israel ternyata lebih besar dari yang pernah diungkap sebelumnya. Sebuah laporan baru dari The Washington Post mengungkap bahwa Google bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Pertahanan Israel (IDM) untuk memperluas akses pemerintah ke alat AI. Pada tahun 2021, Google menandatangani kontrak senilai US$1,2 miliar dengan pemerintah Israel untuk proyek Nimbus, bersama dengan Amazon.
Dokumen internal menunjukkan bahwa karyawan Google berulang kali meminta akses yang lebih besar ke teknologi AI perusahaan atas nama Israel. Tindakan ini dimulai tak lama setelah serangan yang terjadi di Gaza Palestina pada Oktober 2023. Seorang karyawan di divisi cloud Google dilaporkan meningkatkan permintaan dari IDM untuk akses yang lebih besar ke Vertex.
Dalam sebuah dokumen, seorang karyawan diduga memperingatkan IDM bahwa beralih ke Amazon akan membuat Google kehilangan bisnisnya. Dokumen lain yang ditemukan pada November menunjukkan karyawan tersebut berterima kasih kepada rekan kerjanya karena telah membantu permintaan dari Israel.
Dokumen tambahan dari tahun 2024 menunjukkan permintaan yang terus berlanjut hingga November 2024, dengan seorang karyawan meminta IDF menerima akses ke teknologi Gemini AI untuk mengembangkan asisten AI-nya sendiri. Permintaan tersebut adalah untuk meningkatkan pemrosesan audio dan dokumen, tetapi tidak jelas untuk apa teknologi ini digunakan dalam hal operasi militer.
Berita ini memberikan informasi tentang protes karyawan terhadap kontrak Google Cloud dengan pemerintah Israel. Sebelumnya, karyawan Google telah melakukan protes dan menentang hubungan perusahaan dengan Israel sejak kontrak dimulai. Protes itu kemudian berlanjut dengan seruan para karyawan agar Google keluar dari proyek Nimbus.
Namun, Google telah memecat lebih dari 50 karyawan karena memprotes kontrak tersebut, menyebutnya sebagai “perilaku yang mengganggu.” Pada pertengahan tahun 2024, lebih dari 100 karyawan Google, termasuk manajer dan anggota kelompok hak asasi manusia, mengirim email kepada perusahaan untuk meninjau kembali kontrak Nimbus, namun Google memilih untuk mengabaikannya.
Dengan demikian, hubungan antara Google dan pemerintah Israel terus menjadi sorotan dan kontroversi di kalangan karyawan perusahaan. Semoga kedepannya dapat terjadi dialog yang baik antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan.