Sartono Anwar: Karakter Building Jadi Pr Terbesar Sepak Bola Indonesia

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

carpet-cleaning-kingston.co.uk, Jakarta Timnas Indonesia U-17 dapat pelajaran berbobot dari Piala Asia U-17 di Arab Saudi. Dari empat pertandingan nan telah dituntaskan I Putu Panji dkk. karakter jadi pekerjaan rumah nan kudu segera dibenahi.

Tim didikan Nova Arianto melewati fase Grup C dengan sempurna. Timnas Indonesia U-17 secara mengejutkan menumbangkan Korsel U-17 dengan skor tipis 1-0. Berikutnya Yaman U-17 dihajar 4-1 dan Afganistan U-17 dipermak 2-0. Namun mereka kandas di babak perempatfinal setelah diberondong enam gol tanpa balas oleh Korut U-17.

Menurut Sartono Anwar pelajaran paling berbobot nan bisa diambil adalah dua pertandingan melawan Korsel U-17 dan Korut U-17. Pelatih kawakan sekaligus ayah Nova Arianto itu memandang dua negara di Semenanjung Korea ini punya karakter kuat.

"Karakter nan saya maksud adalah perseorangan serta tim. Kita dapat lihat gimana karakter pemain kedua negara itu. Baik fisik, mental, hingga skill ball mereka dalam kesatuan sebuah tim," katanya.

Yuk gabung channel whatsapp carpet-cleaning-kingston.co.uk untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Disiplin

Kunci membangun karakter, lanjut Sartono Anwar, adalah disiplin tinggi.

"Disiplin ini ditempa dari kehidupan sehari-hari di family dan lingkungan. Ini bakal berpengaruh pada perilaku dan mental. Kita tahu penduduk Korsel dan Korut punya disiplin bagus," ujarnya.

Sartono Anwar mengawasi meski Korsel dan Korut punya idealisme negara berbeda, namun punya karakter sama, ialah mental dan bentuk kuat.

"Korsel negara demokratis, dan Korut komunis. Cara bermain Korsel U-17 dan Korut U-17 juga berbeda. Tapi karakter mereka sama, disiplin dan badan kuat. Kalau teknik dan skill bisa diasah sejak usia dini," paparnya.

Jadi Kelemahan

Dulu, ketika Sartono Anwar jadi asisten pembimbing Wiel Coerver berbareng Harry Tjong di Timnas Indonesia SEAG 1979 juga diterapkan disiplin tinggi.

"Wiel Coerver sangat disiplin hingga hal-hal terkecil seperti sepatu kudu disemir hingga kehadiran pemain minimal satu jam sebelum latihan. Waktu itu bisa dimanfaatkan pemain menyiapkan kebutuhan pribadi," ucapnya.

Sartono Anwar nan berilmu melatih di Timnas Indonesia dan beberapa klub Tanah Air ini mengungkap kelemahan disiplin pemain Indonesia.

"Pemain kita sangat malas jika latihan fisik. Ketika disuruh lari tetap ada nan mencuri jumlah putarannya. Nah, ini juga bagian karakter nan berkapak pada mental. Sepakbola olahraga keras dan sulit. Kalau tak punya bentuk kuat jangan minta kualitas perseorangan bisa muncul. Meski pemain itu punya teknik dan skill di atas rata-rata," jelasnya.

Mentok di KU

Sartono Anwar mengakui Timnas Indonesia sangat bagus di golongan umur. Tapi pemain muda itu pelan-pelan lenyap ketika usia mereka menginjak ke level senior.

"Masalahnya apa? Karena mereka kurang disiplin. Terutama pada pekerjaan mereka. Hanya pemain nan punya disiplin tinggi dan sepakbola jadi pilihan hidupnya bakal memperkuat hingga level tertinggi. Makanya jangan heran jika PSSI pusing saat membentuk Timnas Senior, lantaran banyak pemain muda nan lenyap dari peredaran," ujarnya.

Mantan pembimbing Persibo ini mengatakan Timnas sebuah negara adalah cermin dari karakter bangsa. "Nah, ini jadi tugas kita bersama. Pemerintah kudu datang untuk mendisiplinkan warganya mulai lingkungan terkecil di family hingga nan lebih luas lagi. Ini bertindak untuk semua sendi kehidupan, bukan sepakbola saja. Disiplin bakal jadi way of life," pungkasnya.