Sandyakalaning Persijap Di Sepak Bola Indonesia: Meski Sering Terbentur, Dukungan Publik Jepara Tak Pernah Luntur

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

carpet-cleaning-kingston.co.uk, Jakarta - Sejak penyatuan kejuaraan eks Perserikatan dan eks Galatama, Persijap sebagai klub bonden asal Jepara sering jatuh bangun. Kasta tertinggi hingga terendah pernah diarungi klub kebanggaan penduduk Jepara ini.

Meski beberapa terbentur dan babak belur, namun support publik Kota Ukir nan diejawantahkan dengan nama golongan suporter Banaspati tak luntur sedikit pun.

Di tataran kejuaraan tim senior, Laskar Kalinyamat belum pernah mengukir prestasi spektakuler. Di antara klub-klub Pantura Jawa Tengah, pamor Persijap memang tetap di bawah PSIS. Karena kedua tim sebagai kekuatan pesisir Utara Laut Jawa maka tak heran jika muncul pamor di antara mereka.

Pertemuan mereka sering dilabeli Derby Pantura. Puncak keperkasaan Persijap atas Mahesa Jenar, julukan PSIS, terjadi pada Copa Indonesia. Dua kali pada laga kandang dan tandang, Persijap mengalahkan PSIS dengan skor 2-0 di Jepara dan 3-2 di Semarang.

Prestasi tertinggi Persijap di arena ini sukses menembus semifinal pada 2008/2009. Saat itu di bawah polesan pembimbing asal Balikpapan berjulukan Djunaedi, Persijap menjadi tim nan bermain keras, spartan, dan bermental baja.

Yuk gabung channel whatsapp carpet-cleaning-kingston.co.uk untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Pelatih Kondang Silih Berganti

Di antara 23 pembimbing kondang nan pernah menangani Persijap, Benny Hartono, almarhum Ruddy William Keltjes, Raja Isa, dan, terakhir, Widodo Cahyono Putro merupakan sosok berjasa mengangkat klub ini ke kasta tertinggi.

Benny Hartono membawa tim naik ke Divisi Utama 2001, kasta tertinggi saat itu. Meski musim berikutnya terdegradasi lagi. Mendiang Ruddy Keltjes mengikuti jejak Benny Hartono pada 2005.

Sementara Raja Isa Raja Akram Syah, arsitek asal Malaysia, saat transisi dualisme kejuaraan IPL dan ISL, meloloskan Persijap dari Liga 2 ke ISL 2013. Terkini tangan dingin Widodo C. Putro mengembalikan Persijap ke kediaman Liga 1 mendatang.

"Persijap klub dari kota kecil, tapi fanatisme warganya terhadap tim dan sepakbola luar biasa. Bermain di kasta berapapun support mereka tetap tinggi," kata Raja Isa.

Meskipun pembimbing nan mempunyai darah keturunan Bugis ini merasa nyaman dengan lingkungan Kabupaten Jepara, tapi Raja Isa tak lama berada di sana.

"Saat itu di masa transisi dualisme kejuaraan membikin saya bingung juga. Tapi saya tetap punya sasaran membawa Persijap ke ISL. Saya meninggalkan tim lantaran ada masalah internal nan tak bisa saya ungkap ke publik. Intinya finansial Persijap sedang jelek saat itu," tuturnya.

Tak Diimbangi Finansial

Satu perihal membikin bangga mantan jurutaktik PSM dan Persipura adalah potensi pemain lokal Jepara. Antara lain Gunawan Dwi Cahyo nan akhirnya menjadi salah satu personil Timnas Indonesia.

"Saya suka melatih pemain muda. Persijap punya banyak talenta muda. Saat menangani tim kebanyakan pemain lokal Jepara. Ini membikin saya bangga. Sayang support publik dan akar rumput kuat ini tak diimbangi finansial kuat. Saya kira aspek inilah membikin Persijap naik turun," ujarnya.

Sejak degradasi pada 2014 silam, Persijap butuh waktu 11 tahun kembali berkecimpung di tataran elite Nasional. Mereka merebut tiket terakhir promosi ke Liga 1 dengan menyingkirkan PSPS 1-0 di Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara, Selasa (25/2/2025).

"Saya ikuti geliat Persijap dalam tiga tahun terakhir sudah dikelola baik. Liga 1 sangat keras, Persijap tak boleh hanya mengandalkan fanatisme publik. Tapi kudu dikelola ahli agar memperkuat lama di Liga 1," ucap Raja Isa.