Pemain Australia Yang Pernah Memberikan Warna Di Sepak Bola Indonesia: Bertetangga Tapi Jarang Jodoh

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

carpet-cleaning-kingston.co.uk, Jakarta Australia sekarang jadi salah satu rival Indonesia dalam bumi sepak bola. Selain bertetangga, dua negara sering berjumpa di beragam ajang.

Pada Kamis (20/3/2025) dua negara ini kembali berantem di Sydney Football Stadium. Dua tim bakal bersaing ketat lantaran punya kesempatan nan sama besar untuk lolos ke Piala Dunia 2026.

Bedanya, Australia sudah jadi langganan lolos ke Piala Dunia setelah berasosiasi dengan Federasi Sepakbola Asia (AFC). Mereka enam kali tampil di Piala Dunia. Sedangkan, Indonesia baru membangun kekuaan baru dengan barisan pemain keturunan Indonesia-Belanda.

Dibalik rivalitas tersebut, ada juga pemain Australia nan sempat mengadu nasib di kejuaraan Indonesia. Cukup banyak pemain asal Negeri Kanguru nan pernah mencicipi kejuaraan sejak era ISL hingga Liga 1.

Hanya saja, tidak banyak nan bisa meraih kesuksesan. Mayoritas pemain asal Australia hanya memperkuat 1-2 musim di Indonesia. Faktor kualitas dan kurang bisa penyesuaian dengan style kejuaraan Indonesa jadi penyebab utamanya. Bisa dihitung dengan jari pemain Australia nan punya pekerjaan lama di Indonesia.

Yuk gabung channel whatsapp carpet-cleaning-kingston.co.uk untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Robbie Gaspar

Pemain dengan nama komplit Robert Mark Gaspar ini bermain di Indonesia tahun 2005-2012. Bisa dibilang dia jadi nan terlama berkecimpung di kejuaraan nan tetap berjudul ISL waktu itu. Persita Tangerang jadi tim pertama nan dibelanya. Setelah itu dia ke Persiba Balikpapan, Persema Malang dan terakhir memihak tim besar Persib Bandung.

Bisa dibilang dia pemain serba bisa. Baik jadi gelandang bertahan, bek sayap maupun stoper pernah dijalaninya. Hanya saja di Indonesia dia tidak pernah merasakan gelar juara. Meskipun kariernya setiap musim selalu menanjak.

Gaspar memutuskan kembali bermain di Australia tahun 2012. Dia baru pensiun di 2016 di tim Floreat Athena. Jika memandang caranya bermain, dia bisa sigap penyesuaian dengan sepakbola Indonesia. Karena Gaspar tak hanya mengandalkan skill. Tapi juga berani duel dengan lawan. Selain itu, dia punya kecermatan shooting dan umpan nan terukur.

Meski sukses di Indonesia, Gaspar tidak pernah merasakan memihak timnas Australia. Padahal, dia lahir dan ditempa kultur sepak bola Eropa, tepatnya di Kroasia. Dia pernah bermain di Hajduk Split jr. Salah satu tim besar nan ada di Kroasia.

Aaron Evans

Nama lain nan juga lama berkecimpung di Indonesia adalah Aaron Evans. Dia juga punya darah Kroasia. Sama seperti Gaspar. Namun, Aaron ada di generasi nan berbeda. Datang memihak Barito Putera musim 2017.

Waktu itu kejuaraan sudah bertitel Liga 1 dan Aaron baru 23 tahun. Setelah di Barito Putera, dia hengkang ke PSM Makassar, PSS Sleman dan Persis Solo. Dia mengakhiri petualangannya di Indonesia tahun 2022.

Namun Aaron belum pensiun. Karena usianya saat ini tetap 30 tahun. Dia melanjutkan kariernya di Liga Maladewa berbareng Maziya S&RC. Bisa dibilang Aaron melampaui kesuksesan Gaspar. Karena satu gelar juara sukses diraihnya. Yakni Piala Indonesia di tahun 2019. Waktu itu Aaron bermain untuk PSM Makassar.

Total, lima tahun dihabiskan Aaron untuk berkarier di sepakbola Indonesia. Itu jadi nan terlama dia menetap di suatu negara. Lainnya, dia hanya satu tahun di Hong Kong, Thailand, Myanmar, India dan sekarang Maladewa. Jadi bisa dibilang dia merupakan petualang sejati.

Dane Milovanonic

Nama nan satu ini cukup melekat di sepak bola Indonesia. Gelandang nan tampil apik berbareng Madura United musim 201. Tapi, Madura United bukan tim pertamanya di Indonesia. Dane pertama kali datang untuk memperkuat Pelita Bandung Raya musim 2013.

Setelah itu dia sempat bermain di Australia dan Maladewa. Bisa dibilang kariernya pemain nan satu ini agak susah ditebak. Meski sudah bermain di Australia maupun Indonesia, dia menerima tawaran bermain di kejuaraan nan lebih rendah seperti Maladewa.

Dane baru kembali ke Indonesia memihak Madura United musim 2016-2018. Dua musim dia tampil luar biasa dan membikin Madura United jadi tim nan disegani. Sebagai gelandang, Dane kuat dalam duel untuk memutus serangan lawan. Tapi dia juga lihat ketika dapat tugas mengalirkan bola kedepan.

Sayangnya, dia dikabarkan mengalami depresi. Sehingga kariernya menurun dan sempat pulang ke Australia. Dan kembali ke Madura United tahun 2019 hanya sekitar 3 bulan. Dari segi permainan, Dane mengalami penurunan dan jarang dapat kesempatan bermain.

Jika memandang dari pengalamannya, Dane merupakan alumni timnas Australia usia 17 sampai 23 tahun. Dia sempat bermain untuk tim besar Adelaide dan Brisbane Roar di golongan usia 21 tahun. Total, Dane mencicipi kejuaraan Indonesia 3,5 musim.