ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Azan magrib menggema di langit Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (5/3). Tandanya waktu berbuka puasa.
Sejumlah pengendara di Jalan Ahmad Yani tampak melipir untuk sesaat membatalkan puasa mereka. Sekilas tak ada nan berbeda. Lampu-lampu mulai menyala, polisi mengatur lampau lintas, dan sesekali terdengar bunyi klakson kendaraan.
Namun, ketika mata melirik ke arah Mega Mall Bekasi nan berdiri di pinggir jalan raya, suasana suram langsung terasa. Mal nan biasanya menarik pandangan lantaran lampu terangnya itu sekarang sunyi dan gelap setelah diterjang banjir. Tak ada lagi sinar nan berbinar.
Aktivitas nan tampak dari pinggir jalan hanya mobil boks dan bak terbuka nan hilir mudik membawa karung hingga kardus. Jalan nan dilalui kendaraan itu pun tampak becek dan kadang mencipratkan sisa lumpur ke orang nan ada di dekat situ.
Kantong-kantong parkir kendaraan roda empat dan roda dua tampak gelap. Banjir besar nan melanda pada Selasa (4/3) menyisakan genangan air setinggi 30 sentimeter (cm). Beberapa kendaraan terendam banjir.
Aktivitas manusia baru terlihat di lobi belakang Mega Mall Bekasi. Tampak puluhan pedagang berkumpul dengan penerangan seadanya. Lantai becek dan udara lembab. Suasananya begitu muram.
Diiringi kemandang salawat dari toa masjid terdekat, mereka memilah-milah sisa peralatan dagangan mereka nan mungkin bisa diselamatkan dari musibah banjir.
Baju, celana, aksesoris, hingga maneken berceceran seolah tak bertuan. Semuanya basah dan terendam lumpur. Beberapa pedagang ada nan mengambil potongan baju nan kemungkinan berasal dari toko mereka.
Baju-baju itu mereka peras. Mereka berambisi bisa menjual kembali peralatan dagangan mereka meski hanya separuh apalagi seperempat nilai semula.
"Mau dibersihin dulu, kita pilih, nan bagus-bagus bisa dijual lagi," kata Oestavian salah satu tenaga kerja toko busana di Mega Mall Bekasi. Sambil berbincang, dia rehat sejenak dan makan.
Dengan senyum getir, Oestavian mengatakan kudu menyelamatkan barang-barang di toko dengan susah payah. Sebab, toko tempat dia biasa berdagang sekarang tetap terendam air sekitar 1 meter. Listrik nan padam juga menyulitkan mereka mengambil sisa-sisa barang.
"Kita ambil ya sembari gelap-gelapan, pakai senter saja, terus ada nan pakai senter HP," ujar dia.
Para pedagang di Mega Mall Bekasi mencari-cari sisa peralatan dagangan mereka nan terendam banjir. Berharap bisa dijual lagi demi menutup kerugian. (Foto: CNNIndonesia/Arief)
Tak jauh Oestavian, berdiri seorang laki-laki berjulukan Fahrozak (50). Dia menjual aksesoris seperti gelang hingga kalung. Saat bertemu, celananya digulung dan kemejanya sudah basah.
Fahrozak pasrah dan kecewa. Dia bercerita separuh peralatan dagangannya hanyut terbawa air luapan Kali Bekasi. Ia begitu sedih, karena toko nan dia bangun bertahun-tahun rusak hanya dalam sekejap.
"Bertahun-tahun jual beli hancur seketika. Rugi kami otomatis jika banjir enggak bisa ngapa-ngapain kan udah kayak kuali disini," tutur dia.
Ia tak pernah menyangka banjir luar biasa menyapu nyaris seluruh peralatan dagangannya. Fahrozak menuturkan peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB alias satu jam sebelum mal dibuka.
Saat air bah masuk ke dalam mal, dia belum tiba. Begitu pula dengan sejumlah karyawannya.
Upaya Fahrozak menyelamatkan toko dengan segera datang ke mal juga tak berbuah hasil. Ia juga kesulitan menempuh perjalanan menuju mal lantaran banjir mengepung di mana-mana.
"Jadi enggak bisa datang sigap juga banjir di mana-mana," tutur dia.
Fahrozak mengaku tak pernah dapat info dari manajemen bahwa tempat usahanya pernah terkena banjir beberapa tahun silam. Peristiwa banjir satu dasawarsa lampau di Mega Mall Bekasi hanya jadi 'cerita legenda' dari mulut ke mulut para pedagang.
"Baru 1,5 tahun (sewa toko) di sini, enggak tahu pernah ada banjir," kata Fahrozak sembari menghela napas.
Sama seperti pedagang lain, dia berambisi aksesoris nan terselamatkan ini bisa dijual kembali agar bisa sedikit mengurangi kerugiannya nan mencapai Rp200 juta.
Fahrozak dan para pedagang lain mempunyai satu angan nan sama, ialah manajemen dan pemerintah tidak lepas tangan.
Mereka berambisi pemerintah dan manajemen tak hanya menyalahkan alam. Namun, juga memberikan support dan solusi kepada pedagang.
"Ya manajemen juga kudu ada tanggung jawabnya atas kerugian seperti ini. Pemerintah juga cari solusinya lah," ujar Fahrozak.
"Solusinya mungkin ada tempat jual beli sementara jika gitu kan enak. Manajemen juga kudu menanggung kerugian. Persentasenya terserah pokoknya ada," ucapnya.
(tsa/mab)
[Gambas:Video CNN]