Pasokan As Dan Meredanya Tensi Geopolitik Bikin Harga Minyak Terkoreksi

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Harga minyak bumi mengalami tekanan sepanjang pekan ini setelah sejumlah sentimen dunia memengaruhi pergerakan pasar. Ketegangan geopolitik mereda, sementara peningkatan stok minyak mentah AS turut membebani harga.

Dilansir dari Reuters, pada perdagangan Jumat (21/2/2025), nilai minyak mentah dunia ditutup melemah lebih dari US$2 per barel. Brent ambruk US$2,05 alias 2,68% ke US$74,43 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) turun US$2,08 alias 2,87% ke US$70,40 per barel. Secara mingguan, Brent melemah 0,4% dan WTI turun 0,5%.

Meredanya ketegangan di Timur Tengah akibat gencatan senjata Gaza serta laporan temuan virus corona baru di China turut menekan nilai minyak pekan ini. Investor juga condong berhati-hati terhadap kemungkinan tenteram antara Rusia dan Ukraina, nan dapat mengubah lanskap pasokan minyak global.

Laporan Energy Information Administration (EIA) pada Kamis (20/2/2025) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 3,3 juta barel dalam sepekan terakhir. Ini menjadi kenaikan empat minggu berturut-turut nan memperlihatkan permintaan nan lebih lemah akibat pemeliharaan kilang.

Namun, stok bensin dan distilat mengalami penurunan, nan dapat memberikan sinyal positif bagi nilai minyak dalam jangka menengah.

Pasar juga menantikan langkah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) mengenai kebijakan produksi. Spekulasi muncul bahwa OPEC+ mungkin bakal kembali menunda peningkatan produksi, nan bisa memperketat pasokan dalam beberapa bulan ke depan.

Di sisi lain, serangan drone Ukraina terhadap prasarana minyak Rusia pada awal pekan ini sempat mendukung nilai minyak. Pasokan minyak Kazakhstan melalui Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) dilaporkan turun 30-40% akibat serangan ini. Meski demikian, ekspor dari ladang Tengiz Kazakhstan tetap melangkah normal.

Dinamika Politik AS, Trump & Putin Jadi Perhatian

Pasar minyak juga mencermati perkembangan politik global, terutama hubungan antara AS, Rusia, dan Ukraina. Pernyataan Donald Trump nan menyalahkan Ukraina atas bentrok tiga tahun terakhir memicu spekulasi bahwa AS dapat melonggarkan hukuman terhadap minyak Rusia jika terjadi kesepakatan damai.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengindikasikan bahwa Kyiv siap untuk mempercepat pembicaraan dengan Washington mengenai investasi dan keamanan. Jika hubungan ini mengarah pada pelonggaran sanksi, pasokan minyak Rusia ke pasar dunia bisa kembali meningkat.

Meski nilai minyak melemah pekan ini, pasar tetap menghadapi beragam ketidakpastian. Gangguan pasokan akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan OPEC+ bisa menjadi aspek nan menahan penurunan lebih lanjut.

Para penanammodal bakal terus memantau info ekonomi dunia dan kebijakan daya dari negara-negara produsen utama untuk memandang arah nilai minyak selanjutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Gagal Reli Hingga Harga Emas & Minyak Anjlok

Next Article OPEC+ Tahan Produksi Minyak, Brent dan WTI Melesat!