Lika-liku Karier Beto Goncalves: Pernah Jadi Tukang Bagi-bagi Brosur Di Lampu Merah, Lewatkan Karier Emas Di Korea

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

carpet-cleaning-kingston.co.uk, Jakarta - Alberto Gonçalves da Costa alias nan berkawan disapa Beto, rupanya pernah melewatkan kesempatan emas dalam kariernya. Striker PSBS Biak ini juga pernah menjajakan pamflet di lampu merah.

Belum lama ini, lewat tayangan YouTube Sport 77, eks pemain Persipura Jayapura berumur 44 tahun bicara panjang lebar ihwal perjalanan kariernnya sebelum bermain di Liga Indonesia sejak 2008.

"Umur sembilan tahun saya sudah mulai SSB, tapi futsal. Di Brasil kita memang memulai dari futsal dari kecil. Karena memang lapangan susah buat kita lantaran terlalu besar," Beto, mengawali ceritanya.

"Jadi kita main di futsal dulu biar kita dapat di skill. Jadi jika sudah umur 12 alias 13 tahun, kita sudah mulai pindah ke lapangan hijau," imbuhnya.

Futsal bukan perihal nan asing bagi pesepakbola Brasil, termasuk pemain bintang sekali pun.

"Itu memang sudah terbiasa dengan pemain Brasil. Seperti Ronaldinho, Robinho, Neymar. Ada banyak. Karena memang di Brasil terbiasa memulai dari futsal. Lama-lama baru kita pindah ke lapangan hijau," tukas kelahiran Belém, Brasil, 31 Desember 1980.

Yuk gabung channel whatsapp carpet-cleaning-kingston.co.uk untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Cedera Paksa Beto 'Berkarier' di Lampu Merah

"Di Brasil, jika Anda punya anak laki-laki umur satu tahun sudah dikasih bola. Bukan dikasih mobil-mobilan. Bola semua. Sudah terbiasa. Setiap Anda ulang tahun pasti hadiahnya bola," jawab Beto nan mengawali kariernya di Indonesia bermain dengan Persijap Jepara.

"Di Brasil kita main di jalanan. Bukan jalan raya, tapi ada lewat mobil juga. Kadang juga bola pecah lantaran kena mungkin pintu alias ditusuk pisau. Kita bikin gawang pakai batu. Dua musuh dua. Ada nan bisa beli sepatu, kadang-kadang kosong. Biasa di Brasil gitu," kata Beto sembari tertawa.

Sayang, pekerjaan Beto sempat terhenti cukup lama lantaran cedera lutut. Tujuh bulan lamanya dia menepi.

"Saya nggak ada kerja. Nggak ada tim lain nan mau saya. Jadi saya terpaksa kerja seperti bagi-bagi kertas di lampu merah untuk mobil-mobil".

"18 - 19 tahun. Jadi saya memang terpaksa kerja jual-jual kertas. Dulu itu ada jual apartemen. Kalau ada lampu merah saya bagi-bagi".

"Kadang-kadang sepupu saya juga bikin bangun rumah, saya bantu-bantu dia. Jadi saya haru tunggu musim depan baru ada kesempatan lagi main di Sport Belém alias mungkin tim lain".

Terbang ke Korea

Tatkala cederanya mulai pulih, Beto kembali bermain. Tapi dia kandas berasosiasi dengan tim nan pernah berencana merekrutnya, Paysandu.

"Jadi sudah mulai bagus, tapi lantaran Sport Belém juga tim kecil. Jadi dua tahun nggak jadi. Paysandu nggak tertarik lagi dengan saya. Jadi saya sudah berumur 20, sudah jadi profesional", tukasnya.

Ia kemudian bermain di Vila Rica. "Di Vila Rica ini saya langsung topskor dan kita promosi ke Divisi 1 tapi regional".

Ia kemudian ditawari untuk bermain di Liga Korea. "Ada pemasok Korea lagi nonton. Saya cetak gol. Dia langsung tertarik dengan saya dan besoknya saya langsung tanda tangan sama dia tiga tahun untuk main di Korea lantaran dia punya tiga alias empat tim Korea," tukas Beto bangga.

"Cuma itu memang kesalahan saya, lantaran lenyap kejuaraan lenyap itu libur. Agen ini bilang Anda mau pulang ke Belém, lantaran jauh dari kota saya dan sudah berapa bulan tak berjumpa keluarga".

"Jadi saya pulang ke Belém. Setelah satu bulan, dia telepon 'hei Beto kapan Anda kembali kita mulai latihan biar Anda kelak mau ke Korea Januari'. Oke bos, bisa 10 hari lagi lantaran saya mau urus ini".

"Setelah 10 hari, dia nelepon lagi, 'Beto, sudah jadi?' Bos lima hari lagi. Lama-lama dia berfikir saya tidak serius. Dia berfikir seperti itu. Lama-lama dia hilang. Padahal itu kesempatan emas buat saya," pungkas Beto.