ARTICLE AD BOX
Makassar, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Anggota Komisi III DPR RI, Rudianto Lallo, meminta segenap personil Polri tak reaktif menghadapi kritik dengan dugaan intimidasi.
Hal itu disampaikan Rudianto saat ditanya mengenai dugaan intimidasi abdi negara nan membikin band Sukatani asal Purbalingga, Jawa Tengah, mencabut lagu Bayar Bayar Bayar dan membikin rekaman video minta maaf ke Kapolri serta Polri.
Rudianto mengingatkan seluruh jejeran Polri untuk mematuhi perintah Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dalam menghadapi kritik publik terhadap Korps Bhayangkara.
"Pak Kapolri sudah bicara kepada seluruh jajarannya untuk tidak reaktif, kita juga seperti itu jejeran polda, polres dan polsek di seluruh Indonesia, segala aspirasi, sorotan mengenai keahlian apakah itu lembaga polisi, tentara, DPR dari penduduk masyarakat nan dituangkan dalam karya seni, itu bagi kita biasa saja di era kerakyatan ini," kata Rudianto di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (24/2).
Rudianto menilai seluruh personil Polri tidak harusnya reaktif dengan adanya kritikan melalui sebuah karya seni nan datang dari masyarakat. Kalau reaktif, sambungnya, berfaedah ada apa-apa. Pasalnya, kata dia, masyarakat nan mengkritik keahlian polisi itu sebetulnya adalah sahabat Polri.
"Jangan setiap ada penduduk nan mengkritisi oknum-oknum nan menyimpang, kemudian ditanggapi dengan intimidasi, intervensi sampai dia dipecat dari statusnya sebagai pengajar, itukan kami tidak seperti itu. Hal ini sudah dibahas seluruh personil komisi III," kata politikus NasDem itu.
Rudianto menegaskan masyarakat dalam berserikat dan berpendapat, termasuk mengkritik keahlian Polri melalui seni telah dijamin undang-undang dan konstitusi Indonesia.
"Mungkin tidak hanya ditujukan kepada Polri, mungkin bisa saja ditujukan kepada yudikatif, legislatif, semua pelayanan publik tidak dibenarkan bayar, bayar, dan sebagainya. Dan, kudu ditanggapi dingin tidak perlu emosional," jelasnya.
Pada kesempatan itu, Rudianto mengaku mengapresiasi sikap Listyo yang bermaksud mengangkat band Sukatani menjadi duta Polri.
"Saya memuji dan acungi jempol sikap kapolri terhadap buletin itu dan diangkat menjadi duta polri dan tidak mau diintimidasi, semestinya sikap kapolri ini diteladani seluruh jejeran polda, polres, dan polsek," katanya.
Sementara itu, Divisi Propam Polri kembali memeriksa dua personil dari Direktorat Reserse Siber Polda Jawa Tengah mengenai dugaan intimidasi abdi negara terhadap Band Sukatani. Dalam keterangan tertulis, Propam Polri menyatakan dengan demikian total ada enam personil Polda Jateng nan telah dimintai penjelasan oleh penyidik.
"Saat ini dua personel lain dari Ditressiber Polda Jateng telah diperiksa, sehingga total ada enam personel nan dimintai keterangan," ujar Propam dalam keterangannya.
Kendati demikian, Propam Polri belum mengungkap hasil pemeriksaan terhadap enam personil itu. Termasuk identitas polisi nan diperiksa lantaran dugaan intimidasi.
Band Sukatani menjadi sorotan pascapolemik lagu dengan titel 'Bayar Bayar Bayar' nan garis besar bagian dari liriknya mengungkap kejadian 'bayar oknum polisi'.
Pada pekan lalu, dua personelnya mengunggah video permintaan maaf kepada lembaga Polri di akun media sosial Sukatani pada Kamis (20/2) hingga membikin ramai publik. Dalam video permintaan maaf itu, kedua personel menampilkan sosok original mereka nan selama ini selalu disembunyikan.
Permintaan maaf personel band ini kepada Polri serta ditariknya lagu berjudul 'Bayar Bayar Bayar' membikin publik berprasangka lantaran ada upaya intimidasi. Sebagai corak solidaritas massa demonstrasi 'Aksi Indonesia Gelap' di beragam wilayah dari Yogyakarta hingga Jakarta pun menyanyikan lagu Bayar Bayar Bayar tersebut.
Buntut polemik ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo akhirnya membujuk Band Sukatani menjadi Duta Polri dalam rangka melakukan kritik dan koreksi terhadap institusi.
(kid/mir)
[Gambas:Video CNN]