INDUSTRI

Manufaktur RI: Derita Bangkrut dan Banjir PHK

Aktivitas manufaktur di Indonesia sedang menghadapi tekanan yang cukup besar belakangan ini. Banyak perusahaan yang terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan bahkan ada yang harus mengalami pailit. Menurut data dari S&P Global, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Agustus 2024 mengalami kontraksi sebesar 48,9, lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 49,3. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam, serta penurunan jumlah tenaga kerja.

Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, Paul Smith, menyatakan bahwa banyak perusahaan merespons kondisi ini dengan mengurangi jumlah tenaga kerja, meskipun keputusan ini dianggap sebagai langkah sementara. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah PHK yang terjadi setiap bulannya. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa jumlah pekerja yang ter-PHK pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang, naik 21,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, jumlah lowongan pekerjaan di Indonesia juga terus mengalami penurunan. Laporan dari Economist Team Bank Rakyat Indonesia (BRI) menunjukkan bahwa hanya terdapat 8.500 lowongan kerja pada Agustus 2024, dibandingkan dengan 14.000 lowongan kerja pada bulan sebelumnya. Situasi ini menyebabkan gelombang PHK menjadi penyumbang angka pengangguran yang cukup tinggi di Indonesia.

Selain masalah PHK, banyak perusahaan di Indonesia juga menghadapi masalah bangkrut atau pailit. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor yang terdampak, dengan banyak pabrik yang akhirnya harus tutup. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengungkapkan bahwa banyak perusahaan TPT yang melakukan PHK sebagai langkah efisiensi. Data menunjukkan bahwa ada 36 perusahaan tekstil menengah besar yang tutup dan 31 pabrik lainnya melakukan PHK sejak tahun 2019.

Sebagai contoh, PT Aditec Cakrawiyasa yang dikenal sebagai produsen kompor gas, regulator, dan selang merek Quantum, telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Juli 2024. Direktur perusahaan tersebut, Iwan Budi Buana, mengatakan bahwa penjualan yang menurun telah menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

Meskipun kondisi manufaktur sedang sulit, investasi industri di Indonesia terus meningkat. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, menyatakan bahwa investasi pada sektor industri terus tumbuh meski dalam situasi ekonomi global yang tidak pasti. Realisasi investasi di sektor manufaktur untuk semester I-2024 meningkat hampir 25% menjadi Rp337 triliun.

Namun demikian, perlu ada tindakan solutif dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menekankan pentingnya memberikan insentif fiskal kepada investor asing, menurunkan suku bunga, mendorong program substitusi impor, dan memperluas kebijakan hilirisasi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan produktivitas dalam negeri dapat meningkat di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *