Badai PHK Makin Tak Terbendung, Industri Manufaktur Semakin Genting
Tekanan industri manufaktur di Indonesia semakin meningkat. Banyak tanda menunjukkan pelemahan yang berdampak buruk pada perusahaan dan karyawan. Menurut S&P Global, data Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Agustus 2024 mengalami kontraksi menjadi 48,9, lebih rendah dari sebelumnya yaitu 49,3. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam, serta penurunan jumlah tenaga kerja.
Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa banyak perusahaan merespons dengan mengurangi jumlah tenaga kerja, meskipun hal ini dianggap sebagai tindakan sementara. Tekanan terhadap sektor manufaktur tidak hanya dirasakan di sektor tekstil dan alas kaki, tetapi juga di sektor industri hilir petrokimia, khususnya produk plastik.
Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono, mengungkapkan bahwa industri plastik di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar akibat serbuan barang impor dari China dan penurunan daya beli masyarakat. Industri plastik nasional bahkan sudah berada di ambang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dengan beberapa pabrik mengurangi jam produksi untuk menghadapi situasi sulit ini.
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan bahwa jumlah PHK di Indonesia terus meningkat, mencapai 32.064 orang pada periode Januari-Juni 2024, naik 21,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, angka tersebut melonjak menjadi 42.863 orang pada periode Januari-Juli 2024. Perusahaan seperti PT Aditec Cakrawiyasa, produsen kompor gas dan produk lainnya, bahkan telah dinyatakan pailit oleh pengadilan karena penurunan penjualan yang terjadi dalam waktu lama.
Direktur PT Aditec Cakrawiyasa, Iwan Budi Buana, menjelaskan bahwa penurunan penjualan perusahaan bukan terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari proses yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Jumlah karyawan di perusahaan tersebut juga mengalami penurunan akibat penjualan yang terus menurun.
Dalam kondisi ekonomi yang sulit ini, banyak perusahaan harus berjuang untuk bertahan dan menghadapi tantangan yang ada. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk mencari solusi terbaik guna mendukung pemulihan sektor manufaktur di Indonesia. Semoga dengan kerja keras dan inovasi, industri manufaktur di Tanah Air dapat bangkit kembali dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi negara.