ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Investor asing kembali mengamuk di pasar modal Tanah Air. Dalam empat hari perdagangan terakhir, total net foreign buy tembus Rp 5,4 triliun.
Dua saham big cap menjadi sasaran utama asing menyumbang lebih dari separuh total net buy asing pada periode 11-14 Agustus 2025. BRI (BBRI) diborong hingga Rp 1,6 triliun, disusul TLKM senilai Rp 1,5 triliun. Aksi beli jumbo ini mendorong nilai keduanya melesat signifikan.
Sepanjang periode 11-14 Agustus 2025, saham BBRI terbang 9,73% hingga menyentuh Rp 4.060 per saham. Sementara TLKM apalagi lebih garang, melesat 16,33% dalam periode nan sama.
Harga rata-rata pembelian asing pada periode tersebut untuk saham BBRI adalah Rp 3.974,9 dan TLKM Rp 3.298,4.
Aliran biaya asing nan kembali masuk ke pasar saham Indonesia seiring dengan hasil Survei bulanan Bank of America (BofA) nan dilansir dari The Financial Times .
Survei tersebut menunjukkan sebanyak 37% manajer investasi dunia sekarang mempunyai porsi lebih besar di saham pasar negara berkembang, level tertinggi sejak Februari 2023. Peningkatan ini didorong oleh pandangan positif terhadap prospek ekonomi Tiongkok dan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Elyas Galou, investment strategist BofA, menyebut kombinasi optimisme atas ekonomi Tiongkok dan sentimen bearish terhadap dolar AS menjadi katalis kuat bagi pasar negara berkembang. Data pertumbuhan ekonomi Tiongkok terbaru dinilai bisa meredam akibat perang jual beli nan dilancarkan Presiden AS Donald Trump.
Pelemahan dolar AS memberikan untung bagi saham dan obligasi negara berkembang dengan menurunkan biaya pinjaman, sekaligus memberi ruang bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga. Dolar AS tercatat telah melemah nyaris 10% terhadap sekeranjang mata duit utama sejak awal tahun ini, dan manajer investasi memperkirakan pelemahan ini bakal berlanjut.
Kinerja saham negara berkembang tahun ini juga melampaui pasar negara maju, dengan indeks MSCI mencatatkan return lebih dari 16% dalam dolar AS. Angka ini mengungguli indeks MSCI negara maju nan naik sekitar 11% dan S&P 500 Wall Street nan menguat 8,6%.
Meski reli sudah cukup signifikan, penanammodal meyakini tetap ada ruang kenaikan bagi saham negara berkembang lantaran valuasinya relatif murah setelah periode panjang underperformance. JPMorgan apalagi meningkatkan rekomendasi saham emerging market menjadi "overweight" lantaran dinilai sangat menarik secara valuasi.
IHSG Menuju 8.000
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan tapi pasti menuju level 8.000. Penguatan indeks ini seakan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 pada 17 Agustus.
Dalam empat hari perdagangan terakhir, IHSG telah menguat 5,28%. Kemarin, Kamis (14/8/2025), indeks apalagi menyentuh level penutupan tertinggi sepanjang masa, ialah 7.931,25.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, rekor nilai IHSG ini merupakan bingkisan dari penanammodal pasar modal untuk Indonesia. Terlebih, pada Minggu, (17/8/2025) Indonesia bakal merayakan HUT ke-80.
"Intinya jika indeks 8.000, ataupun kondisi sekarang nan belum 8.000 pun, itu adalah bingkisan penanammodal untuk Indonesia," pungkas Jeffrey kepada wartawan ditemui di Gedung BEI, Jakata, Kamis, (15/8/2025).
Konglomerat sekaligus Wakil Presiden Komisaris PT AlamTri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Garibaldi 'Boy' Thohir mengatakan, momen rebound ini terjadi setelah konsolidasi konglomerat nan telah melakukan buyback saat pasar tertekan beberapa bulan lalu.
"Insya Allah bisa kudu (8.000)," tambah Boy ketika ditanya optimismenya mengenai IHSG.
Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara Pandu Sjahrir mengatakan saat ini pasar modal tengah dalam sentimen positif. Dengan itu, dia optimistis IHSG bisa mencapai 8.000 tepat saat seremoni kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2025 mendatang.
"Kan 80 tahun Indonesia, jika bisa 8.000, positif kan sekarang marketnya lagi positif banyak positif news juga," tutur Pandu.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Menguat, Asing Koleksi Saham-Saham Ini