ARTICLE AD BOX
carpet-cleaning-kingston.co.uk, Jakarta - Manajemen Persijap Jepara menjelaskan proses nan dilewati hingga akhirnya menunjuk Mario Lemos sebagai nakhoda di Liga 1 2025/2026. Di kembali cerita ini, ada pula hubungannya dengan prestasi impresif Timnas Indonesia.
Presiden Persijap Jepara, Iqbal Hidayat, mengungkapkan argumen di kembali keputusan Laskar Kalinyamat melepas Widodo Cahyono Putro, ahli strategi nan membantu mereka merebut ranking ketiga Liga 2 2024/2025 untuk promosi ke kasta tertinggi.
Keputusan ini tak terlepas dari tren klub-klub kasta tertinggi nan semuanya menggunakan ahli strategi asing. Musim lalu, memang hanya Imran Nahumarury saja nan jadi satu-satunya pembimbing lokal. Namun, belakangan ini dia telah berpisah dengan Malut United.
“Jadi, kami memandang tren di Liga 1 seperti apa, nan mana pembimbing asing semua. Hampir kebanyakan, lantaran satu-satunya pembimbing lokal nan memperkuat adalah di Malut United saja. Sisanya asing semua,” kata Iqbal dikutip dari YouTube Liputan6 Sports.
“Tren-tren inilah nan kami lihat, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba keberuntungan kami dengan pembimbing asing. Kami berambisi lebih ada organisasi, detail, membangun habit, dan sesuatu nan baru,” lanjutnya.
Yuk gabung channel whatsapp carpet-cleaning-kingston.co.uk untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Prestasi Mario Lemos
Faktor pengalaman, dan juga prestasi, menjadi argumen pertama Laskar Kalinyamat menjatuhkan pilihannya kepada ahli strategi asal Portugal, Mario Lemos. Dalam beberapa tahun terakhir, dia memang pernah menukangi klub-klub di Asia, termasuk Asia Tenggara.
“Dia di Mumbai City sebagai asisten. Dia juga pernah menjadi pembimbing kepala di Bangladesh. Dia pernah membawa timnya sampai Piala AFC. Mario Lemos juga pernah berkarier sebagai pembimbing di ASEAN,” ujarnya.
“Artinya, dia juga sudah terbiasa dengan Asia Tenggara kondisinya seperti apa. Saya rasa, achievement dia di Piala AFC itu menunjukkan bahwa dia mau menang lantaran bisa sampai ke sana,” imbuhnya.
Prestasi di Piala AFC nan dimaksud Iqbal adalah ketika Mario sukses membawa klub Liga Bangladesh, Abahani Limited Dhaka, menjadi jawara Piala AFC 2019 di Zona Asia Selatan.
Sayangnya, ketika melaju ke babak inter-zone play-off semifinals, mereka kudu tumbang melawan klub Vietnam, Hanoi FC. Pencapaian semacam ini memang cukup mengesankan bagi klub asal Bangladesh.
Memilih Mario Lemos
Iqbal mengungkapkan, sebetulnya ada sederet pembimbing nan sempat menjalani sesi wawancara dengan manajemen Persijap. Namun, mereka akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Mario Lemos lantaran argumen khusus.
“Kami berbincang dengan beberapa agen. Ketika kami membangun tim, nan pertama adalah mencari pembimbing terlebih dahulu. Akhirnya kami melakukan interviu dengan tujuh sampai delapan pelatih,” kata dia.
“Hampir semuanya baru, tetapi ada beberapa nan pernah berkarier di Liga 1. Sampai akhirnya kami cukup suka dengan Coach Mario ketika diinterviu. Karena, dia orangnya cukup fleksibel,” imbuh Iqbal.
Fleksibilitas inilah nan menjadi salah satu catatan menarik dari pembimbing asal Portugal tersebut. Sebab, Mario Lemos bisa meramu tim sesuai dengan situasi dan kondisi nan berbeda-beda dalam setiap laga..
“Fleksibel bukan berfaedah dia tidak punya pakem dalam permainan sepak bola. Dia punya prinsip dalam sepak bola, kurang lebih sama seperti kami. Hanya saja, dia juga memandang keadaan seperti apa, musuhnya seperti apa,” ujar dia.
“Jadi, dia elastis untuk bisa membaca nan terbaik untuk tim, pada laga tersebut, dan laga selanjutnya seperti apa. Jadi, saya rasa kami memilih Coach Mario lantaran itu,” tambahnya.
Faktor Timnas Indonesia
Selain itu, Iqbal juga menjelaskan latar belakang nan turut mendorong Mario Lemos bersedia untuk menerima tawaran Persijap. Ada relasi antara Liga 1 dengan Timnas Indonesia nan ikut berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
Iqbal menjelaskan, selain lantaran pedoman fans Liga 1 nan tertinggi di ASEAN, aspek keberhasilan Timnas Indonesia nan mulai bisa berbincang banyak pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia membikin sepak bola di Indonesia semakin disorot.
“Karena, mungkin Liga 1 ini di Asia Tenggara jadi salah satu nan paling besar. Secara ranking mungkin kita mungkin belum nan bagus. Tetapi, secara exposure dan jumlah fans, itu kita nan paling besar,” katanya.
“Apalagi, sekarang Timnas kita sudah bisa bicara untuk berjuang ke Piala Dunia 2026.Ini milestones nan paling jauh lantaran kita tetap punya kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia,” dia menambahkan.
Salah satu bukti dari kualitas Liga 1 adalah munculnya sederet pemain lokal dari kejuaraan domestik nan menjadi pilihan utama Patrick Kluivert ketika Timnas Indonesia sukses menumbangkan China pada awal Juni 2025 lalu.
“Jadi, saya rasa, ketika Timnas-nya berprestasi seperti sekarang, tentu liganya bakal ikut disorot. Apalagi, pada laga melawan China, ada empat pemain dari Liga 1 nan bisa menang melawan China,” ujar dia.
“Ini menurut saya menunjukkan bahwa pemain Liga 1 di level internasional pun bisa berbincang banyak, nan mana kiblat ke Liga 1 juga lebih bagus. Saya rasa, Liga 1 musim ini dan ke depannya bakal jauh lebih baik lagi,” lanjutnya.