Food Estate Punya Potensi Gagal Jika Tidak Perhatikan Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat
Pengembangan food estate perlu memperhatikan aspek sosial budaya agar program ini dapat berhasil dan berkelanjutan. Menurut Peneliti Senior Pusat Riset Kependudukan BRIN, Subarudi, tanpa memperhatikan faktor-faktor ini, pengembangan food estate bisa mengalami kegagalan dan merugikan ekosistem.
Subarudi menekankan pentingnya kesesuaian lahan dan dampak lingkungan dalam program food estate. Jika tidak dikelola dengan baik, pengembangan lahan besar-besaran dapat merusak ekosistem. Oleh karena itu, keterlibatan petani lokal merupakan kunci keberhasilan program ini. Tanpa dukungan dan pemberdayaan yang cukup, petani bisa terpinggirkan dalam proyek ini.
Dalam implementasi program food estate, Subarudi mendorong partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pemilihan tanaman. Hal ini akan membuat tanaman tumbuh sesuai dengan lingkungan mereka dan tidak terbatas oleh aturan tertentu. Pendekatan multidisiplin dan kesadaran ekologi juga diperlukan dalam pengembangan food estate, serta perlindungan terhadap lahan produktif pangan.
Ary Widiyanto, peneliti lain dari PRK BRIN, juga mendukung peninjauan kembali kebijakan pangan nasional melalui food estate. Peninjauan ini harus mencakup faktor sosial, budaya, dan ekonomi sebagai faktor kunci keberhasilan program tersebut. Selain itu, peninjauan tersebut juga perlu dilakukan untuk mencegah potensi konflik antara pengelolaan dengan masyarakat jika tidak melibatkan aspek sosial dan budaya.
Dengan demikian, pengembangan food estate harus dilakukan dengan memperhatikan aspek sosial budaya agar program ini dapat sukses dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat dan ekosistem.